Friday, October 17, 2008

Review Film Laskar Pelangi

Saya nonton film ini pada hari Sabtu, 4 Oktober di bioskop Galaxy, King Shopping Center bersama dengan keluarga besar (sepupu2 dari yang baru bisa jalan sampai yang udah SMP). Kami merasa wajib membawa anak2 ke cinema untuk menonton inspiring film ini.
Adalah sineas Mira Lesmana dan Riri Riza yang mem-film-kan novel best seller Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini. Para pemain pendukungnya adalah Cut Mini sebagai Ibu Muslimah, Ikranagara sebagai Pak Harfan, Mathias Mucus sebagai ayah Ikal dan Rieke Diah Pitaloka sebagai Ibu Ikal, serta aktor senior lainnya. Akting para senior ini tak perlu diragukan lagi. Cuma saya merasa kurang sreg aja dengan dialek Melayu-nya Rieke. Terdengar ‘dipaksakan’ gitu. Mungkin karena dia sudah terlalu terbiasa dengan bahasa Betawi/Jakarta.
Saya juga kurang puas dengan castingnya Cut Mini. Itu tu style jilbabnya kok nggak sesuai banget dengan gambaran di novel. Bagusnya kan rambutnya tidak ditampakkan. Jadi semua auratnya tertutup. Ini kok pake jilbabnya setengah2.
Para pemeran anggota Laskar Pelangi adalah anak2 Melayu Belitong asli. Mereka adalah Ikal (Zulfanny), Mahar (Verry S Yamarno), Lintang (Ferdian), Kucai (Yogi Nugraha), Syahdan (M Syukur Ramadan), A Kiong (Suhendri), Borek (Febriansyah), Harun (Jeffry Yanuar), Trapani (Suharyadi Syah Ramadhan), dan Sahara (Dewi Ratih Ayu Safitri).Dan yang membuat saya kagum adalah mereka mampu berakting dengan baik di film pertama mereka. Wah wah wah nampaknya aktor muda berbakat di Indonesia udah bertambah lagi nih.
Saya terpesona (ciee…) oleh aktingnya Zulfanny (Ikal) dan Verry (Mahar). Adegan Ikal ketika falling in love kepada si ‘pemilik kuku indah’ Aling, bener2 lucu! Pas banget! Tampaknya sangat dijiwai. Saya paling suka adegan itu.
Tentang si nyentrik Mahar. Saya juga appreciate banget dengan aktingnya. Ketika ikal jatuh cinta maupun patah hati, dia dengan bijaknya memberi nasihat, tentunya juga dengan gaya akting senimannya yang memikat. Dia bersenandung: “Mengapa kau bermenung oh adik berhati bingung… janganlah engkau percaya dengan asmara…”
Hohoho… suaranya mantep buanget waktu menyanyikan lagu Bunga Seroja itu!
Lalu tentang Lintang. Di novel dia digambarkan sebagai anak yang sangat aktif dengan mata yang penuh dengan gairah hidup (ceile..) dan selalu tertarik dengan apa saja yang ada di sekelilingnya. Pokoknya khas orang jenius. Nah, Lintang yang ada di film ini justru sebaliknya. Kalem banget. Kelihatannya Lintang di film itu pas berperan sebagai ‘seorang kakak yang sangat bijak dan perhatian kepada adiknya’. Ini, menurut saya, bukan disebabkan dia tidak bisa berakting. Tapi, skenario yang ada yang mungkin kurang bisa menerjemahkan kejeniusan Lintang. Kisah Lintang mendebat pendapat seorang ‘guru hebat’ dari SDPN juga ditiadakan. Diganti dengan koreksi Lintang terhadap satu soal matematika sederhana (apa Fisika? Saya lupa). Lagi-lagi kesan jeniusnya berkurang. Apa mungkin pembuat skenario sendiri kurang memahami teori Fisika super rumit seperti yang didebatkan novel itu sehingga hanya memunculkan soal yang sederhana?
Anyway saya tetap terkesan dengan adegan Lintang tiap kali melewati rawa yang ada buayanya itu! Dan juga, ketika ayahnya meninggal, lalu terpaksa meninggalkan dunia yang dicintainya: sekolah, kemudian berpamitan dengan Ibu Mus dan kesembilan anggota Laskar Pelangi….hikz..hikz…hikz…, sediiiiiih banget. Jadi berlinang-linang air mata ketika menonton adegan perpisahan itu.
Adegan lain yang unforgettable adalah ketika mereka menjadi juara di pawai Hari Kemerdekaan dan mendapatkan piala untuk yang pertama kalinya. Saya ikut terharu. Terharu oleh cara mereka memandang piala dan cara Bu Mus menyimpannya di lemari. Memperlakukan piala itu bagai jimat berharga.
Film ditutup dengan adegan Ikal kembali ke Belitong dan berjumpa dengan Lintang. Diceritakan bahwa Lintang punya anak dan bertekad akan terus mendukung anak2nya mencapai mimpi yang tidak sempat diraihnya. Nah, seingat saya di novel tu nggak ada cerita begitu. Yang ada adalah, si Jenius lintang itu berprofesi sebagai kuli kasar sehingga tangannya agak kaku. Mungkin adegan itu ditambahkan supaya kisah Lintang tidak begitu tragis, supaya penonton sedikit terhibur (padahal realitasnya mungkin jauh lebih tragis ya…).
Secara keseluruhan saya excited banget dengan film Laskar Pelangi ini. Walaupun sepanjang nonton, saya harus bener2 konsentrasi dan pasang telinga baik2. Soalnya semua percakapan di film ini Melayu banget. Telinga kita terlalu terbiasa dengan film berbahasa Betawi/Jakarta. Ya nggak?
Film ini sudah ditonton oleh hampir 2 juta orang. Dari pejabat (presiden, menteri dan ‘kamu keluarganya’) sampe rakyat, rame2 nonton. Ini kayaknya jadi film spektakuler kedua di Indonesia setelah Ayat Ayat Cinta. Well well it’s a breakthrough for Indonesian movie industry. Yoo… ayooo nonton!
Pictures:


Salah satu adegan Laskar Pelangi: hari pendaftaran sekolah


People in queue to buy ticket


Penonton :)


Salimah (2.5 th) jadi penonton juga

Buat yang mau dengerin soundtracknya Laskar Pelangi yang dibawakan oleh Nidji, silakan download.
Ada juga lagu Bunga Seroja versi Laskar Pelangi. Silakan download disini.

Thursday, August 14, 2008

Pameran Buku Bandung 2008

BUKU yang kubeli di pameran 1 minggu lalu:
1. Episode Cinta sang Murobbi oleh Helvy Tiana Rossa, dkk
2. Laskar Mawar (Army of Roses) oleh Barbara Victor
3. Konsistensi Menyongsong Kematian Husnul Khatimah oleh Anis Matta
4. Buah Cinta Al Banna untuk Wanita oleh Hasan AL Banna
5. Bidadari Bidadari Surga oleh Tere Liye
6. Buku Seri SAMA TAPI BEDA oleh Asti (buat sepupu2ku)
- Kepiting dan Rajungan,
- Hiu dan Paus,
- Kelomang dan Siput,
- Pesut dan Lumba-lumba
7. Petualangan Wiwi di Laut oleh Ariyani & Yenny Gunawan
8. Dear Nobody oleh Berly Doherty
9. Sanggar Kenangan oleh Chiung Yao. Waduh ini novel jadul banget. Tapi tetep kubeli dalam rangka melengkapi koleksi novel Chiung Yao-ku. Ini lho novel Chiung Yao yang sudah ada di rak buku saya:


10. Putri Huan Zhu 1 jilid 2 oleh Chiung Yao. Hehe...ini juga novel jadul. Dan sebenarnya koleksi Putri Huan Zhu saya sudah lengkap (PHZ 1 ada 3 jilid, PHZ 2 ada 5 jilid) coba lihat di foto atas. Tapi kenapa kubeli lagi? Nah, itulah...saya juga ngak tahu kenapa hehe..tiba2 pengen beli aja.. buat cadangan kali kalau yang satu lecek saking serrrrriiiingnya dibaca (huuu... segitunya!)
11. Buku Masakan. Ah saya lupa judul dan pengarangnya, soalnya buku itu ada di adik saya di Bandung! (Emang neng dianz ada dimana sekarang?) Ya...kapan2 cerita deh!

Oh ya ada cerita yang lumayan berkesan (buat saya pribadi) waktu pameran kemarin. Gini. Saya kan biasa pergi ke pameran tuh rombongan (se-RT gitu) sama adik2 dan sepupu saya: adik perempuan, Fauziah (13th), adik lelaki Fauzan (10th), sepupu2: Alief (6th) dan 'Abdan (3th). Jadi saya ke pameran tuh sambil ngasuh gitu lah.
Ceritanya seperti biasa kami se-RT ini asyik berjalan-jalan dari satu stand ke stand yang lain. Saya yang mungkin keasyikan lihat2 buku baru, nggak tahu kalau Alief dan 'Abdan menghilang. Saya baru tahu ketika adik perempuan saya nanyain dua anak super aktif itu, dan ternyata udah nggak ada disisi. Dhueeenng!! Diriku seperti kena bom! Kebayang gak gimana rasanya kehilangan anak di tempat ramai? Anak orang pula!
Pengunjung lagi penuh2nya. Untuk bisa jalan dari satu stand ke stand lain aja susahnya minta ampun. Suasana gedungnya juga berisik, full dengan berbagai jenis suara: orang, lagu, murottal, nasyid, video, pengumuman, talk show! Jadi, nggak mungkin saya teriak2 panggil nama anak itu!
Lapor ke petugas. Petugas suruh nunggu. 10 menit kemudian ada pengumuman anak hilang. Saya dan kedua adik kemudian berpencar mencari. Malangnya saya lupa tidak mengingatkan adik untuk kumpul dimana setelah pencarian itu. Jadinya orang yang hilang tuh semakin banyak (hehe linglungnya diriku..!).
Bingung. Saya naik ke Lantai 2. Lihat2 ke bawah. Diantara ratusan orang (bahkan mungkin ribuan!) pengunjung, saya tidak melihat adik maupun sepupu.
Tapi, jangan menyerah! Begitu saya menghibur diri. Lalu kutajamkan mata ke arah delapan penjuru mata angin. Dan...wuushh! Akhirnya setelah 10 menit, tertangkap juga bayangan Fauzan yang lagi celingukan di sekitar stand Mizan. Langsung saja saya turun ke Lantai 1. Aha...rupanya Fauzan sudah menemukan 2 makhluk yang hilang itu. Katanya udah dia temukan di depan panggung dan mereka sedang asyik mengikuti talk show! Alhamdulillah!! dan kaget juga, sebab panggung kan berada di daerah paling belakang. Gimana bisa si Alief dan 'Abdan sampai kesana?
Begitu bertemu mereka, tangan saya, automatically gitu, memeluk dua makhluk itu, erat, seperti Ibu-ibu korban tsunami yang menemukan kembali anaknya! Alhamdulillah, beres sudah masalah. Alief and 'Abdan cengar cengir aja. Tidak tahu seberapa besar masalah yang sudah ditimbulkannya.
Well, Sahabat, setelah itu saya diingatkan oleh Ibu untuk tidak bawa2 anak kecil. Tapi, sebenarnya apa yang membuat saya mau berepot-repot membawa serombongan anak kecil adalah, saya ingin mereka kenal dekat dengan dunia buku. Saya pengen mereka CINTA buku sejak dini. Saya bersenang hati ketika mereka antusias menunjuk salah satu buku, asyik membacanya. Kemudian memohon dengan mata mereka supaya dibelikan. Saya menikmati itu! Really!
Peristiwa kemarin mungkin jadi peringatan saja: Hati-hati dan jangan lupa diri! Di Pameran Buku selanjutnya saya mungkin perlu mengikat tangan masing2 anak biar nggak jauh jauh dari kita... :D

Saturday, May 17, 2008

Hari Buku Nasional

Selamat Hari Buku Nasional
17 Mei

What will you plan with your books?

Wednesday, May 07, 2008

Islamic Book Fair 2008

Assalamualaikum all...!
Lama ye ga ketemu :). Maklumlah diriku ini sekarang lagi (sok) sibuk. Nggak sempetlah posting-posting. Walaupun sebenernya banyak sih yang mau dibagiin... tapi selalu nggak ada ide gimana menyampaikannya. Akhirnya selalu tentang buku dan buku yang saya postingkan. Ya.. kalau dalam hal buku sih saya nggak pernah kehabisan ide :D
Nah, kali ini saya mau bercerita (lagi) tentang buku. Tepatnya tentang Pameran Buku Islam kemarin. Diselenggarakan dari tanggal 29 April sampai 5 Mei di Landmark Convention Hall, Jl. Braga Bandung. Ini lho buku-buku yang saya beli:
1. Arsitek Peradaban oleh HM. Anis Matta, Lc. Tulisan-tulisan Anis Matta ini WAJIB saya koleksi. Soalnya inspiring BGT.
2. Jangan ke Dokter Lagi! oleh Dr. Tauhid Nur Azhar & Bambang Trim. Kalo pembaca betul-betul menjalankan semua 'nasihat' ini, niscaya para Dokter jatuh bangkrut hehehe...
3. Cambuk Hati oleh Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni. Ini dia tulisan penyejuk hati, wajib ada dalam koleksi.
4. Tafsir Juz 'Amma oleh Khalid Abdurrahman Al Akk. Ini buku tafsir yang sederhana. Nggak serumit Fizhilalih Qur'annya Sayyid Quthub gitu... Gampang dibawa-bawa juga soalnya nggak terlalu tebal.
5. Aneka Resep Masakan Jawa oleh Pipit M & Vika D. Ini BUKAN pilihan saya. Yang milih ini adik saya yang centil tea hehe, yang 'cewek' banget itu...
6. Three Lions Roar oleh Umut Oztruk. Ini yang milih adik lelaki saya, tentu saja ini buku tentang sepak bola. Adik saya ini kalo beli buku, pastilah yang ada kaitannya dengan bola. Duhai Sahabat, adakah yang bisa mengalihkan minat adik saya daripada sekedar bola, bola dan bola...?
7. Perempuan Batu oleh Tariq Ali
8. Seorang Sultan di Palermo oleh Tariq Ali
Saya sebenernya tidak terlalu 'ngefans' sama Tariq Ali dan novel2nya ini. Saya beli 2 novel terakhirnya ini demi (demi gitu lho!) melengkapi koleksi novel Tetralogi Tariq Ali. Saya udah beli yang pertama dan keduanya... jadi, ya gt deh!
9. Murid Istimewa oleh Torey Hayden. Ya Allaah... inilah novel Torey Hayden yang pertama kali saya miliki. Dulu saya nggak begitu ngeh sama buku ini. Setelah membaca salah satu bukunya pada awal 2008 lalu, saya langsung ngefaaans banget sama orangnya dan buku-bukunya. Sungguh iri dan menyesal ketika saya tahu bahwa pada tahun 2004 lalu Ibu Torey Hayden datang ke Bandung: menyesal karena ketinggalan info dan nggak bisa ketemu langsung. Aduuh... bener2 iri sama mereka yang foto bareng n dapet TTDnya. Pokoke saya HARUS mengkoleksi semua buku2nya. Semoga bulan July nanti semua bukunya itu sudah tersusun rapi di rak bukuku :)
10. Maverick oleh Cheri L. Florance. Saya lagi baca nih. Sungguh kisah yang menyentuh para Ibu, khususnya Ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Wahai para Ibu, jangan putus asa, harapan selalu ada!
11. A Journey to Islam oleh Shifa Mustapha.
12. Poster Children of Heaven
(perjuangan anak-anak Palestine..)

Yah.. itu sajalah buku-buku yang bisa saya beli. Pengennya sih beli lebih banyak. Sayang saya nggak bawa karung goni untuk mengangkutnya haha.. (alah.. bilang aja kagak ada duit lagi, hehehe...)

Monday, March 24, 2008

Life of Pi

Judul Buku: Life of Pi - Kisah Pi
Penulis: Yann Martel
Alih Bahasa: Tanti Lesmana
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 446

ISBN: 979-22-1106-3
Harga: ? (dapet pinjem dari Perpustakaan UPI)


Sahabat, inilah pertama kalinya saya baca kisah petualangan yang paling mendebarkan. Terutama jika dilihat dari 'originalitas' cerita. Ya. Cerita disini diambil dari kisah nyata seorang Piscine Molitor Patel. Novel petualangan ini bukan semata-mata hasil imajinasi seorang penulis.
Piscine Molitor Patel, dipanggil Pi saja, adalah anak seorang pemilik Kebun Binatang (zoo) di Pondicherry, India. Ketika India berada di masa-masa penuh pergolakan pada pertengahan tahun 1970an, keluarga Pi memutuskan untuk hijrah ke Canada. Kebun Binatangnya kemudian di jual. Mereka mulai berlayar pada 21 Juni 1977 dengan menggunakan kapal barang Jepang, Tsimtsum. Beberapa hewan dibawa serta: Harimau Royal Bengal, Orang Utan, Hyena, Zebra, Kerbau, ... dengan maksud untuk dijual di Canada.

Pada tanggal 2 Juli, Kapal Tsimtsum tenggelam di Samudera Pasifik. Hanya satu sekoci yang berhasil diturunkan. Disanalah Pi, Hyena, Harimau Royal Bengal yang diberi nama Richard Parker, Zebra dan Orang Utan terselamatkan. Selain 5 makhluk itu, semuanya lenyap ke dasar laut ribuan meter dalamnya.
Saya kehabisan kata-kata untuk menceritakan bagaimana perjuangan Pi, anak lelaki India 16 tahun yang kurus dan kecil itu, untuk tetap survive sendirian di ganasnya Samudra Pasifik: serangan badainya, serangan makhluk laut didalamnya, amukan samudranya, ganasanya matahari dan air garamnya, dan untuk memenuhi kebutuhan manusiawinya: makan, minum, istirahat/tidur... Hebatnya lagi, Pi menghadapi perjuangannya itu dengan dibayang-bayangi Richard Parker si Harimau Royal Bengal! (hewan lainnya, Orang Utan dan Zebra dilahap si Hyena. Si Hyena sendiri mati disantap si Richard Parker). Jadi, santapan yang kemudian tersisa buat si Richard parker hanyalah Pi!
Disinilah kegigihan Pi. Dia tidak menyerah begitu saja pada keadaanya yang demikian buruk. Pi merancang strategi untuk bisa hidup 'berdampingan' dengan Richard Parker.
Berbulan-bulan terapung di Samudera Pasifik tentu saja semakin memperburuk kondisi fisik Pi. Dirinya sudah tak mirip manusia lagi. Air garam dan sengatan matahari merusak kulit di sekujur tubuhnya. Matanya juga pernah buta selama beberapa waktu. Dia menjalani kesengsaraan hidup itu dalam waktu yang tidak sebentar. Tujuh Bulan!! Tujuh bulan dia berpetualang mempertahankan hidup di Samudera Pasifik sebelum akhirnya terdampar di Meksiko pada 14 Februari 1978.
Inilah yang membuat saya takjub dan terkesan. Di tengah kondisi terburuk sekali pun, dia selalu mempertahankan diri. Dia TIDAK menyerah atau bertindak untuk mengakhiri penderitaannya secepat mungkin. Sebab sebenarnya gampang saja jika dia ingin menyerah, tinggal menyodorkan lehernya pada si Richard Parker. Mustahil tidak mati seketika.

Saya terpikat betul oleh kisah petualangan yang satu ini. Saya memasukkan novel ini ke dalam daftar buku-buku yang wajib saya beli.

Sahabat, saya amat sangat berminat pada kisah-kisah petualangan. Apalagi yang diambil dari kisah nyata. Kalau diantara Sahabat ada yang punya buku-buku seperti ini, boleh dong berbagi info!

Monday, February 18, 2008

Cinta di Rumah Hasan Al Banna

Judul buku: Cinta di Rumah Hasan Al Banna
Penulis: Muhammad Lili Nur Aulia
Penerbit: Pustaka Da'watuna
Jumlah Halaman: 92
ISBN: 978-979-98769-7-7
Harga: Rp. 11.000 (harga diskon 40%)

Telah banyak buku yang mengupas Imam Hasan Al Banna dan keberhasilannya membangun pondasi gerakan dakwah al Ikhwan al Muslimun yang mengilhami geliat kebangkitan Islam di seluruh dunia. Namun, sedikit sekali referensi yang membicarakan dakwah Al Banna sebagai ayah dalam keluarganya. Nah, buku ini mencoba menghadirkan berbagai pengalaman dan kenangan anak-anak Al Banna saat ayah mereka hidup di tengah aktivitas dakwahnya yang padat. Buku ini mencoba 'mengintip' dakwah Al Banna kepada keluarganya.
Yang dihadirkan dalam buku ini bukanlah teori-teori pendidikan menurut Hasan Al Banna (buku kayak gini sih udah banyak), melainkan contoh praktis tentang, misalnya, bagaimana praktek Hasan Al Banna dalam menanamkan keimanan dan kecintaan terhadap Islam, bagaimana sikapnya terhadap kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan anaknya, bagaimana bentuk perhatiannya terhadap pendidikan, dokumentasi masing-masing anak tentang perkembangan dan riwayat sakit yang pernah dialami lengkap dengan catatan kapan saja si anak sakit, sakit apa, obat apa yang pernah diberi, berikut rekomendasi dan resep-resep dokter... pendeknya sampai hal terkecil pun didokumentasikan secara detil dan rapi.
Hal ini saya kira bukan pekerjaan mudah yang tidak menyita waktu, apalagi di tengah aktivitas dakwahnya yang demikian padat. Dari sini kita diyakinkan bahwa tidak ada dikhotomi antara keluarga dan dakwah. Pun tidak akan ada pertanyaan: "Mana yang lebih penting, dakwah untuk ummat atau membina keluarga?"
Memang perilaku Hasan Al Banna dalam mendidik anaknya belum tentu mencerminkan sesuatu yang IDEAL dilakukan. Semua yang ideal tetap milik Rosulullah SAW sebagaimana ucapannya, "Wa anaa khairukum li ahlii..." (Aku adalah orang yang paling baik diantara kalian kepada keluarga). Tapi, apa yang dilakukan Hasan Al Banna seperti yang tertera di buku ini, merupakan contoh lahir yang bisa menjadi inspirasi kebaikan bagi kita semua.
Bagi Sahabat, para Ayah sekalian, buku ini T.O.P BGT deh buat dibaca, karena ia menjadi salah satu contoh nyata para pejuang dakwah untuk memposisikan diri secara lebih tepat dalam mengemban amanah keluarga dan dakwah.

Monday, February 11, 2008

Info Pameran Buku Bandung

Sahabat, saya dapat info tentang pameran buku di Bandung nih. Ini adalah jadwal pameran yang diselenggarakan oleh IKAPI dan Pemkot Bandung.
1. Pesta Buku Bandung: 29 Januari sampai 4 Februari 2008. Di Pameran ini saya beli:
1. Cinta di Rumah Hasan Al Banna oleh Muhammad Lili Nur Aulia
2. Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah
oleh Fathi Yakan
3. Mendidik Anak Laki-laki oleh Adnan Hasan Shalih Baharits
4. Mendidik Anak Perempuan oleh Abdul Mun'im Ibrahim
5. Sirah Sahabiyah jilid 2 oleh Mahmud Al Mishri
6. Messidona, biografi Lionel Messi oleh Sigit Budi Prasetyo
2. Islamic Book Fair: 29 April sampai 5 Mei 2008
3. Pameran Buku Bandung: 30 Juli sampai 6 Agustus 2008
Saya belum dapat info tentang pameran yang diselenggarakan oleh institusi lain. Kalau Sahabat ada info, kirim infonya kesini ya. Ditunggu!

Sunday, January 27, 2008

In Search of Fatima by Ghada Karmi

Judul: In Search of Fatima
Penulis: Ghada Karmi
Alih Bahasa: Risa Praptono
Penerbit: Diwan Publishing
ISBN: 979-25-4052-0
Harga: Rp. 55.000











Part One: Sinopsis
Novel ini ditulis oleh perempuan Palestina, Palestinian asli. Boleh dikatakan memoar, karena isinya menceritakan kehidupan penulis sejak kecil hingga kini.
Bermula dari kehidupannya yang 'normal' di Tulkarm, Palestina. 'Normal' dalam artian keadaan Palestina cukup tenang di bawah kendali Inggris. Sampai pada tahun 1948 ketika bangsa Yahudi telah berbondong-bondong mendatangi dan mendiami Palestina (atas izin Inggris). Disinilah konflik bermula (lagi!). Yahudi melancarkan serangan ke berbagai pelosok Palestina. Ribuan orang Palestina terusir. Ghada Karmi sekeluarga kemudian mengungsi ke Damaskus (ketika itu usianya baru 7 tahun). Dua tahun kemudian hijrah ke London.
Ghada Karmi mewakili ribuan Palestinian yang terusir secara paksa dari tanah kelahirannya, meninggalkan orang-orang yang dicintai, lalu pindah ke tempat asing. Di tempat asing inilah dia kehilangan identitas--tidak diakui sebagai orang Inggris, pun tidak bisa mengaku 'Arab' karena budaya dan pola hidupnya yang sudah 'Eropa banget'. Dia juga tidak punya tempat 'pulang', sebab negara Palestina-nya itu sudah tidak ada dalam peta, digantikan oleh Israel Raya.
Novel ini tidak menggunakan sudut pandang keagamaan (tidak seperti yang saya kira saat pertama kali melihat novel ini). Segala konflik Muslim-Yahudi, sepenuhnya dilihat dari sudut pandang kemanusiaan. Tapi at least, pembaca dapat mengetahui, mengerti dan marasakan penderitaan orang-orang yang terusir dari tanah kelahirannya, orang-orang yang mencari identitas Palestina-nya yang hilang.
Part Two: Kesalahan Penerjemahan
Ada satu hal yang bikin kepala saya pening dari novel terjemahan ini: banyaknya kesalahan dalam penerjemahan kata dan kalimat. Berikut saya ambil beberapa contoh:
1. Di halaman 31 baris 12 ada kalimat ini:
Ketika mawarnya mekar, mereka begitu besar, berwarna merah muda, harum dan begitu indah, sehingga orang yang lewat akan memetiknya.
Kalimat yang saya tebalkan, mungkin, di edisi bahasa Inggrisnya adalah they are so big. Disini ada kekeliruan dalam penerjemahan kata 'they'. Betul bahwa 'they' diartikan 'mereka' ke dalam bahasa Indonesia. Tapi ingat, 'they' (mereka) dalam bahasa Inggris bisa refers ke benda mati dan hidup, sedangkan 'mereka' dalam bahasa Indonesia, lazimnya refers to manusia saja. Ketika 'mereka' di refers kepada tumbuhan, dalam hal ini bunga mawar, maka kalimat tersebut menjadi janggal.
Oleh karena itu, saya pikir terjemahan yang baik untuk kalimat tersebut adalah sbb:
Ketika mekar, mawar-mawar itu begitu besar, berwarna merah muda, harum dan begitu indah, sehingga orang yang lewat akan memetiknya.
Coba bandingkan kalimat yang saya kutip di novel dengan terjemahan yang saya tawarkan. Logis mana?
Di paragraf-paragraf lain, penerjemah juga menggunakan kata 'mereka' yang refers pada sekumpulan rumah, makanan, dan benda-benda mati lainnya. Jadi aneh deh bacanya!
2. Keliru menerjemahkan 'for' yang artinya 'untuk' dengan 'for' yang artinya 'selama' (terkait dengan waktu). Di halaman 107 baris 7 ada kalimat:
untuk beberapa detik...
Kata yang saya tebal kemungkinan adalah 'for' dalam edisi bahasa Inggrisnya. 'For' jika diikuti waktu (...beberapa detik), artinya menjadi 'selama' bukan 'untuk'.
3. Keliru menerjemahkan 'it'. 'It' tidak selamanya diterjemahkan 'itu' atau 'ini'. Dalam bahasa Inggris, ada 'it' yang 'meaningless', tidak perlu diartikan. Tampaknya penerjemah novel ini 'lupa', sehingga banyak kata 'ini' dan 'itu' yang membuat kalimat-kalimat di novel ini malah lucu kedengarannya.
4. Keliru menerjemahkan 'however'. Jika 'however' berada dalam dua kalimat yang kontras, maka artinya adalah 'namun demikian', bukan 'bagaimanapun'. Ini kesalahan yang umum terjadi di Indonesia.
5. Dan lain-lain!
Kekeliruan tersebut tentu saja sangat mempengaruhi maksud setiap kalimat dalam novel ini. Seringkali saya merasa bingung ketika membaca sebuah paragraf: "Ini apa sih maksudnya? Kenapa kalimat ini sepertinya berputar-putar? What is the point??"
Kalau sudah begitu, saya gunakan 'sense ke-bahasa inggris-an saya', untuk memahami maksud sebenarnya. Setelah beberapa lama, barulah saya bisa menyimpulkan: "Oh, barangkali begini maksudnya. Ada kekeliruan dalam menerjemahkan kata ini, ini, ini..."
Karena itu, Sahabat-sahabat, saya sarankan untuk beli edisi bahasa Inggrisnya saja (kalau ada). Jika tidak, gunakanlah 'sense ke-bahasa Inggris-an' Sahabat, untuk lebih memahami makna disetiap kalimat di novel ini.
 

Once in my free time Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by faris vio Templates Image by vio's Notez