Penulis: Ghada Karmi
Alih Bahasa: Risa Praptono
Penerbit: Diwan Publishing
ISBN: 979-25-4052-0
Harga: Rp. 55.000
Alih Bahasa: Risa Praptono
Penerbit: Diwan Publishing
ISBN: 979-25-4052-0
Harga: Rp. 55.000
Part One: Sinopsis
Novel ini ditulis oleh perempuan Palestina, Palestinian asli. Boleh dikatakan memoar, karena isinya menceritakan kehidupan penulis sejak kecil hingga kini.
Bermula dari kehidupannya yang 'normal' di Tulkarm, Palestina. 'Normal' dalam artian keadaan Palestina cukup tenang di bawah kendali Inggris. Sampai pada tahun 1948 ketika bangsa Yahudi telah berbondong-bondong mendatangi dan mendiami Palestina (atas izin Inggris). Disinilah konflik bermula (lagi!). Yahudi melancarkan serangan ke berbagai pelosok Palestina. Ribuan orang Palestina terusir. Ghada Karmi sekeluarga kemudian mengungsi ke Damaskus (ketika itu usianya baru 7 tahun). Dua tahun kemudian hijrah ke London.
Ghada Karmi mewakili ribuan Palestinian yang terusir secara paksa dari tanah kelahirannya, meninggalkan orang-orang yang dicintai, lalu pindah ke tempat asing. Di tempat asing inilah dia kehilangan identitas--tidak diakui sebagai orang Inggris, pun tidak bisa mengaku 'Arab' karena budaya dan pola hidupnya yang sudah 'Eropa banget'. Dia juga tidak punya tempat 'pulang', sebab negara Palestina-nya itu sudah tidak ada dalam peta, digantikan oleh Israel Raya.
Novel ini tidak menggunakan sudut pandang keagamaan (tidak seperti yang saya kira saat pertama kali melihat novel ini). Segala konflik Muslim-Yahudi, sepenuhnya dilihat dari sudut pandang kemanusiaan. Tapi at least, pembaca dapat mengetahui, mengerti dan marasakan penderitaan orang-orang yang terusir dari tanah kelahirannya, orang-orang yang mencari identitas Palestina-nya yang hilang.
Part Two: Kesalahan Penerjemahan
Ada satu hal yang bikin kepala saya pening dari novel terjemahan ini: banyaknya kesalahan dalam penerjemahan kata dan kalimat. Berikut saya ambil beberapa contoh:
1. Di halaman 31 baris 12 ada kalimat ini:
Ketika mawarnya mekar, mereka begitu besar, berwarna merah muda, harum dan begitu indah, sehingga orang yang lewat akan memetiknya.
Kalimat yang saya tebalkan, mungkin, di edisi bahasa Inggrisnya adalah they are so big. Disini ada kekeliruan dalam penerjemahan kata 'they'. Betul bahwa 'they' diartikan 'mereka' ke dalam bahasa Indonesia. Tapi ingat, 'they' (mereka) dalam bahasa Inggris bisa refers ke benda mati dan hidup, sedangkan 'mereka' dalam bahasa Indonesia, lazimnya refers to manusia saja. Ketika 'mereka' di refers kepada tumbuhan, dalam hal ini bunga mawar, maka kalimat tersebut menjadi janggal.
Oleh karena itu, saya pikir terjemahan yang baik untuk kalimat tersebut adalah sbb:
Ketika mekar, mawar-mawar itu begitu besar, berwarna merah muda, harum dan begitu indah, sehingga orang yang lewat akan memetiknya.
Coba bandingkan kalimat yang saya kutip di novel dengan terjemahan yang saya tawarkan. Logis mana?
Di paragraf-paragraf lain, penerjemah juga menggunakan kata 'mereka' yang refers pada sekumpulan rumah, makanan, dan benda-benda mati lainnya. Jadi aneh deh bacanya!
2. Keliru menerjemahkan 'for' yang artinya 'untuk' dengan 'for' yang artinya 'selama' (terkait dengan waktu). Di halaman 107 baris 7 ada kalimat:
untuk beberapa detik...
Kata yang saya tebal kemungkinan adalah 'for' dalam edisi bahasa Inggrisnya. 'For' jika diikuti waktu (...beberapa detik), artinya menjadi 'selama' bukan 'untuk'.
3. Keliru menerjemahkan 'it'. 'It' tidak selamanya diterjemahkan 'itu' atau 'ini'. Dalam bahasa Inggris, ada 'it' yang 'meaningless', tidak perlu diartikan. Tampaknya penerjemah novel ini 'lupa', sehingga banyak kata 'ini' dan 'itu' yang membuat kalimat-kalimat di novel ini malah lucu kedengarannya.
4. Keliru menerjemahkan 'however'. Jika 'however' berada dalam dua kalimat yang kontras, maka artinya adalah 'namun demikian', bukan 'bagaimanapun'. Ini kesalahan yang umum terjadi di Indonesia.
5. Dan lain-lain!
Kekeliruan tersebut tentu saja sangat mempengaruhi maksud setiap kalimat dalam novel ini. Seringkali saya merasa bingung ketika membaca sebuah paragraf: "Ini apa sih maksudnya? Kenapa kalimat ini sepertinya berputar-putar? What is the point??"
Kalau sudah begitu, saya gunakan 'sense ke-bahasa inggris-an saya', untuk memahami maksud sebenarnya. Setelah beberapa lama, barulah saya bisa menyimpulkan: "Oh, barangkali begini maksudnya. Ada kekeliruan dalam menerjemahkan kata ini, ini, ini..."
Karena itu, Sahabat-sahabat, saya sarankan untuk beli edisi bahasa Inggrisnya saja (kalau ada). Jika tidak, gunakanlah 'sense ke-bahasa Inggris-an' Sahabat, untuk lebih memahami makna disetiap kalimat di novel ini.
Novel ini ditulis oleh perempuan Palestina, Palestinian asli. Boleh dikatakan memoar, karena isinya menceritakan kehidupan penulis sejak kecil hingga kini.
Bermula dari kehidupannya yang 'normal' di Tulkarm, Palestina. 'Normal' dalam artian keadaan Palestina cukup tenang di bawah kendali Inggris. Sampai pada tahun 1948 ketika bangsa Yahudi telah berbondong-bondong mendatangi dan mendiami Palestina (atas izin Inggris). Disinilah konflik bermula (lagi!). Yahudi melancarkan serangan ke berbagai pelosok Palestina. Ribuan orang Palestina terusir. Ghada Karmi sekeluarga kemudian mengungsi ke Damaskus (ketika itu usianya baru 7 tahun). Dua tahun kemudian hijrah ke London.
Ghada Karmi mewakili ribuan Palestinian yang terusir secara paksa dari tanah kelahirannya, meninggalkan orang-orang yang dicintai, lalu pindah ke tempat asing. Di tempat asing inilah dia kehilangan identitas--tidak diakui sebagai orang Inggris, pun tidak bisa mengaku 'Arab' karena budaya dan pola hidupnya yang sudah 'Eropa banget'. Dia juga tidak punya tempat 'pulang', sebab negara Palestina-nya itu sudah tidak ada dalam peta, digantikan oleh Israel Raya.
Novel ini tidak menggunakan sudut pandang keagamaan (tidak seperti yang saya kira saat pertama kali melihat novel ini). Segala konflik Muslim-Yahudi, sepenuhnya dilihat dari sudut pandang kemanusiaan. Tapi at least, pembaca dapat mengetahui, mengerti dan marasakan penderitaan orang-orang yang terusir dari tanah kelahirannya, orang-orang yang mencari identitas Palestina-nya yang hilang.
Part Two: Kesalahan Penerjemahan
Ada satu hal yang bikin kepala saya pening dari novel terjemahan ini: banyaknya kesalahan dalam penerjemahan kata dan kalimat. Berikut saya ambil beberapa contoh:
1. Di halaman 31 baris 12 ada kalimat ini:
Ketika mawarnya mekar, mereka begitu besar, berwarna merah muda, harum dan begitu indah, sehingga orang yang lewat akan memetiknya.
Kalimat yang saya tebalkan, mungkin, di edisi bahasa Inggrisnya adalah they are so big. Disini ada kekeliruan dalam penerjemahan kata 'they'. Betul bahwa 'they' diartikan 'mereka' ke dalam bahasa Indonesia. Tapi ingat, 'they' (mereka) dalam bahasa Inggris bisa refers ke benda mati dan hidup, sedangkan 'mereka' dalam bahasa Indonesia, lazimnya refers to manusia saja. Ketika 'mereka' di refers kepada tumbuhan, dalam hal ini bunga mawar, maka kalimat tersebut menjadi janggal.
Oleh karena itu, saya pikir terjemahan yang baik untuk kalimat tersebut adalah sbb:
Ketika mekar, mawar-mawar itu begitu besar, berwarna merah muda, harum dan begitu indah, sehingga orang yang lewat akan memetiknya.
Coba bandingkan kalimat yang saya kutip di novel dengan terjemahan yang saya tawarkan. Logis mana?
Di paragraf-paragraf lain, penerjemah juga menggunakan kata 'mereka' yang refers pada sekumpulan rumah, makanan, dan benda-benda mati lainnya. Jadi aneh deh bacanya!
2. Keliru menerjemahkan 'for' yang artinya 'untuk' dengan 'for' yang artinya 'selama' (terkait dengan waktu). Di halaman 107 baris 7 ada kalimat:
untuk beberapa detik...
Kata yang saya tebal kemungkinan adalah 'for' dalam edisi bahasa Inggrisnya. 'For' jika diikuti waktu (...beberapa detik), artinya menjadi 'selama' bukan 'untuk'.
3. Keliru menerjemahkan 'it'. 'It' tidak selamanya diterjemahkan 'itu' atau 'ini'. Dalam bahasa Inggris, ada 'it' yang 'meaningless', tidak perlu diartikan. Tampaknya penerjemah novel ini 'lupa', sehingga banyak kata 'ini' dan 'itu' yang membuat kalimat-kalimat di novel ini malah lucu kedengarannya.
4. Keliru menerjemahkan 'however'. Jika 'however' berada dalam dua kalimat yang kontras, maka artinya adalah 'namun demikian', bukan 'bagaimanapun'. Ini kesalahan yang umum terjadi di Indonesia.
5. Dan lain-lain!
Kekeliruan tersebut tentu saja sangat mempengaruhi maksud setiap kalimat dalam novel ini. Seringkali saya merasa bingung ketika membaca sebuah paragraf: "Ini apa sih maksudnya? Kenapa kalimat ini sepertinya berputar-putar? What is the point??"
Kalau sudah begitu, saya gunakan 'sense ke-bahasa inggris-an saya', untuk memahami maksud sebenarnya. Setelah beberapa lama, barulah saya bisa menyimpulkan: "Oh, barangkali begini maksudnya. Ada kekeliruan dalam menerjemahkan kata ini, ini, ini..."
Karena itu, Sahabat-sahabat, saya sarankan untuk beli edisi bahasa Inggrisnya saja (kalau ada). Jika tidak, gunakanlah 'sense ke-bahasa Inggris-an' Sahabat, untuk lebih memahami makna disetiap kalimat di novel ini.