Judul Buku : Alhambra
Penulis : Washington Irving
Penerbit : Navila
Alih Bahasa : Margono
Jumlah Halaman : 550
Harga : (?) lupa... :D
Saya merasa tidak sedang membaca sebuah novel ketika membaca Alhambra ini. Cerita di dalamnya lebih mirip dengan sebuah catatan perjalanan yang dialami langsung oleh Washington Irving (kita sebut 'Pak Irving' saja ya... biar gampang :D). Berkali-kali saya baca kata pengantar dari penerbit bahwa ini adalah novel, ini 'cuma' cerita fiktif. Tapi, tetep aja perasaan lagi baca catatan pribadinya Pak Irving... Ya sudahlah!
Ini bukti bahwa Pak Irving mampu menggambarkan segalanya secara detail. Seolah kita sedang memasuki Spanyol di abad ke 18, mengunjungi Granada, Cordova dan Alhambra yang termasyhur itu! Kompleks istana yang pernah menjadi permata dunia, yang pada saat itu terbengkalai tidak terurus. Hanya gelandangan, burung liar dan kelelawar yang menjadi penghuninya. Namun, gambaran mendetail dari Pak Irving mengenai sudut ruangan, pahatan di dinding, seni arsitektur dan segala macam ornamen yang tersisa di istana Alhambra, membuat kita (tetap) berdecak kagum. Sungguh hanya manusia yang beradab tinggilah yang bisa membangun kompleks megah itu. Dan (untuk sementara) berbanggalah kita, bahwa para pembangun itu adalah saudara kita, muslimin Andalusia.
Pak Irving juga bercerita banyak tentang legenda rakyat Spanyol. Dari legenda-legenda itu bisa diambil kesimpulan bahwa rakyat Spanyol menyimpan kebencian dan kedengkian pada bangsa Moor (sebutan untuk Muslim Andalusia). Ah, how could it happen?! Padahal bangsa Moor-lah yang pertama kali menundukkan mereka dalam cahaya Islam, memakmurkannya, dan menjadikannya sebagai pusat peradaban dunia dikala Barat dalam masa kegelapan...
Kini Alhambra dijuluki Istana Yang Hilang atau Kejayaan yang Sirna. Ia menjadi saksi bisu atas ketidakadilan itu. Dan kita memang harus mengakui bahwa kemunduran umat Islam di Spanyol disebabkan oleh kita sendiri. Konflik internal, perebutan kekuasaan, dan virus wahn telah menjangkit di hati-hati kaum muslimin. Kemunduran umat Islam ini, bukan pula disebabkan oleh kehebatan dan kekuatan tentara Salib, seperti yang banyak di simpulkan oleh ahli sejarah. Maka dari sinilah kita mengambil pelajaran.
Berbangga hati pada kejayaan masa lalu, bolehlah dikit! Tapi ya.. semua itu tidak akan kembali kalo kita (saya, maksudnya), gini-gini aje, nggak ada kerja nyata...
Untuk Alhambra, kita hanya bisa bernostalgia:
Di tengah kesibukan kota Granada
Kini terbina indah sebuah menara
Setelah lima ratus tahun menunggu
Akhirnya azan terdengar di situ
Suara itu kembali bergema
Mengajak sujud pada Yang Esa
Bersihkan segala debu dan noda
Yang terpalit di kubah Al-Hambra
c/o
Al-Hambra
Singgahsanamu pernah bersinar
Al-Hambra
Indralokamu merah bercahaya
Dengan cahaya iman dan taqwa
Terdengar azan di kota lama
Gemersik di seluruh buana
Nyalakan cinta yang membara
Perjuangan yang tiada sudahnya
Sejarah seringkali bertandang
Tamadun silam kembali gemilang
Bangun Granada dan Kordova
Teguhkan istana Al-Hambra
Al-Hambra
Singgahsanamu pernah bersinar
Al-Hambra
Indralokamu merah bercahaya
Umat silam membina empayar
Kegemilangan
Al-Hambra ..Al-Hambra
Andalusia oh Al-Hambra
Al-Hambra
Singgahsanamu pernah bersinar
Al-Hambra
Indralokamu merah bercahaya
Bagunlah Granada berdirilah Kordova
Teguhkan kembali istana Al-Hambra
Ssuburkan semangat Andalusia
Subur semula Al-Hambra
Alhambra, Far East
Monday, November 05, 2007
Subscribe to:
Comment Feed (RSS)